Minggu, Juli 14, 2013

Khayalan Tentang Hujan

Menghayal tentang lantang hujan menentang panas yang tersimpan rapih dalam senyuman
Jatuh menetes, mengalir kemudian menenggelamkan duka

Tak perlu dengan panas lantas membuatnya menguap
Jika gerimis dengan sedikit meringis bisa mengikis

Terisak bak halilintar dengan sendawa angin yang melegakan
Terjun bebas bak butiran hujan yang menghangatkan

Kemudian berharap hilang dengan silau kilat yang cepat
Mengejutkan namun memberi sedikit penerangan

Tak perlu khawatir, pasti selalu ada angin surga baru menggiring awan menjauh
Menyibak langit memamerkan matahari sepuh

Dan disitu telukis semburat 7 warna melengkung indah
Mengagumkan meski sesaat

Kemudian kembali hati bersiap menampung panas,
Menyimpannya dengan pola awan baru yang setiap saat tumpah ruah menjelma menjadi hujan





15072013 : 00.50 Ini karya pertama gw tentang hujan, jauh sebelum mengenal Hujan Bulan Juni. Edited, original post http://chirpstory.com/li/55068

Sabtu, Juli 06, 2013

Sahutan Hujan Bulan Juli

Bulan Juli akan penuh hujan, petir, dan mendung. Ada yang lupa terbayar, lalu mengeluh pada Laut, sehingga ia menjelma uap dalam badai


Atau juli adalah jawaban pengharapan yang sempat tertunda, ketika angin panas terasa kering menyapa kening basah karena peluh

Pengharapan yang terluka tampaknya, mendungnya tampak menggantung menghantu, hawanya dingin membunuh. Ia harap yang penuh dendam

Sayangnya hujan hanya menggerutu sepanjang hari, tak berani ia memporakporandakan penyebab dendam. Mengomel saja dia dengan gerimis

Mungkin ia pembenci yang lemah, meski penuh amarah tak pula ingin amuk penuh gelegar. Merapal lamat-lamat karma menunggu maaf sebagai seserah

Pun kita harus tetap berjaga, meski sejuk jangan sampai hujan menyeringai dengan kilatnya, atau mengutuk dengan gemuruhnya

Mungkin kita bahkan tak perlu berkata. Cukup berhenti menduga. Biar langit dan cerita meresap ke tanah. Setiap tetes punya kisah nganga luka


05072013 20:41 obrolan yang ngalir gitu aja dengan Ema Apriyani. Edited, original post http://chirpstory.com/li/94147

Minggu, Juni 30, 2013

Drama Tanpa Sandiwara

Ada target yang gw buat yaitu gw harus berdiri di 5 pemancar RRI. Bukan dalam artian gw benar-benar berdiri di atas pemancar dengan ketinggian yang bikin gw gemetar. Tapi mengunjungi RRI berbeda entah karena tugas atau hanya sebatas liburan. Lampung, Palembang, Jambi merupakan 3 pemancar yang sudah gw datengin dan yang ke empat adalah RRI Surakarta.

Sempat menolak ketika kasi siaran menugaskan gw berangkat ke Solo untuk ikut diklat sandiwara radio. Bukan lantaran malas tapi sudah terlanjur punya banyak janji yang bertepatan dengan waktu pelaksanaan selama 2 minggu itu. Selain itu juga sama halnya dengan kapuslitbangdiklat yang pada awalnya terlalu meng-under estimated kan peserta diklat, gw juga begitu kurang tertarik dan terlalu menganggap kurang penting diklat sandiwara radio untuk gw ikutin. Tapi ternyata sekali lagi sama halnya dengan kapus gw terlalu dini menilai diklat ini.

Berangkat dengan sedikit semangat namun lebih banyak rasa bangga karena merasa gw adalah utusan terbaik dari daerah adalah modal yang gw bawa ke kota yang sama sekali nggak pernah kepikiran untuk gw datengin. Berinteraksi dengan 21 orang dari 20 stasiun RRI berbeda ngebuat gw akhirnya sadar siapa gw sebenernya. Bahkan pada awalnya sempat timbul rasa pesimis apakah gw bisa ngimbagi mereka yang punya pemikiran dan kapasitas luar biasa ini?. Dari mereka lah banyak ilmu sampingan yang bisa gw ambil.

Bukan bagaimana gw sekarang sedikit lebih paham tentang cara memproduksi sandiwara radio bermutu yang bakal gw bagi, karena gw yakin semua peserta saat ini sudah dapat hal itu semua. Tapi banyak ilmu lain yang bisa gw pelajari dari acara ini.

Waktu 2 minggu terasa amat kurang untuk bisa belajar banyak di sini. Meski pada awal-awal rasa jenuh ada ketika peserta dicekoki teori-teori lama dengan waktu istirahat yang sebentar. Keseruan mulai muncul ketika gw dan para peserta turun lapangan ke beberapa daerah di Solo yang menjadi landmark kota seni ini. Obsevasi harus gw lakukan untuk mencari bahan drama yang bisa gw angkat menjadi sebuah sandiwara yang bagus. Di hari itu dimulai kerja lembur bagi kami para peserta diklat. Bahkan sebagian peserta harus tetap berkutat dengan tugasnya hingga lewat tengah malam. Ini berimbas pada kondisi fisik peserta yang mulai mencari balsem dan jamu pengusir angin.

Sabar adalah hal utama yang gw pelajari di sini. Bukan hanya sabar menahan letih dan kantuk yang selalu ada dalam setiap sesi kelasnya tapi juga sabar menahan ego gw sendiri. Menilai diri gw cukup punya ide brilian tapi harus menerima kenyataan ide itu ditolak mentah-mentah adalah hal sulit. Dari sini gw bisa liat bahwa di luar sana bertebaran orang-orang luar biasa yang jauh lebih baik dari gw yang berani secara tegas menolak dengan argumen dan ide yang tepat. bekerja dengan banyak kepala membuat lebih banyak berfikir bagaimana bisa mengakomodir semua ide yang masuk. Tapi dengan satu tujuan, hal ini malah mempermudah meski kerjanya agak sedikit lama dibanding kerja sendiri.

Banyak yang bilang ketika masuk dunia kerja persetan dengan proses karena penilaian ada pada hasil yang kita buat. Karena berproses adalah kampanye mahasiswa senior dan dosen untuk anak SMA yang baru masuk ke perguruan tinggi. Ranahnya hanya pada pendidikan bukan dalam aplikasi kerja. Tapi pengalaman diklat ini negbuat gw coba untuk kembali menyangkal hal itu. Bersyukur kami dalam kelompok sepakat untuk memulai step by step dari proses yang memang harus dijalanin. Meski agak sedikit repot tapi gw bisa menikmatinya dan hasilnya cukup memuaskan dan membanggakan untuk gw sebagai pemula.

Bekerja dengan banyak tekanan terutama waktu dan fasilitas ngebuat gw kembali tersadar itulah konsekuensi kerja di media. Kita di tuntut untuk tetap fokus dan tetap kreatif seberat apapun kondisi kita. Selama 2 hari berkutat dengan naskah yang nggak kelar-kelar karena harus sering merombak jalan cerita, terkukung di studio produksi seharian, bahkan sebagian kami harus mencuri waktu meski hanya 5 menit untuk sekedar memejamkan mata atau merebahkan badan di lantai studio. Ini adalah drama tersendiri yang gw lewatin.

Dan dibagian akhir meski klise tapi inilah hal terbesar yang gw dapet, rasa kekeluargaan. Walau hanya 2 minggu gw rasa ikatan gw dengan mereka cukup kuat. Saling ingatkan untuk bangun tidur supaya nggak telat meskipun malam sebelumnya kami juga yang saling membuat tidur lebih malam. Entah sekedar ngobrol atau keluar cari makan ke angkringan. Saling memperhatikan kesehatan peserta. Beberapa peserta menjadi langganan ke apotik sekedaar untuk membeli titipan obat para peserta, bahkan ada yang sampai ke stasiun balapan hingga lewat jam 12 malam untuk mencari warung yang masih buka. Ini semua indah.

Terima kasih untuk kesempatan yang luar biasa ini, bisa menjadi bagian dari diklat yang sejak tahun 1997 tidak pernah diadakan hingga tahun 2013 dan kami sebagai angkatan pertamanya. Terima kasih untuk kalian peserta diklat sudah menjadi guru bagi gw dengan ilmu hidup mungkin tanpa sadar kalian sudah mengajarkan gw.

Sandiwara radio sekali di udara tetap di udara!!!!




300613 19:18 biasanya jam segini baru kelar makan malam di hotel

Kamis, April 18, 2013

Omong -tak- kosong

Banyak hal yang gw alami hari ini, bertemu keluarga baru yang sudah lama gw tau tapi baru kesampean hari ini. Mendengar cerita teman dengan pekerjaan barunya yang tampaknya dia cepat sukses. Bermain puzle ditengah keramaian. Menerima kabar dan melihat langsung teman menjadi bapak. Berbicara panjang lebar dengan sahabat yang sudah lama nggak kami lakukan. Memastikan orang yang lagi gw perhatiin sampe dirumah dan sudah siap tidur. Berceloteh tentang absurdnya ramalan yang sempet gw percaya waktu SD, dan sedikit menggombal di twitter.

Gw bersyukur jadi orang yang suka mendengarkan dan berbicara. Berhasil belajar selama 4 tahun tentang komunikasi. Bekerja sebagai perantara komunikator ke komunikan yang orang bilang penyiar. Lagi-lagi gw percaya ini passion gw. 

3 jam ngobrol antah berantah dari membahas sulitnya melahirkan, beralih ke mitos-mitos horor, dan berakhir dengan bahasan mengenai zakat dan hutang puasa. Entah gw suka, berceloteh panjang dari topik satu ke topik lain, mendengar apa yang orang lain tau dan menjadi pengetahuan baru buat gw. Terlebih celotehannya keluar dari orang yang sudah lebih dari 13 tahun gw kenal dengan baik dan buruknya. 

Nggak kalah asik berbincang sama ramai kawan berbeda pulau dengan topik random yang selalu seru untuk ditimpali. Kali ini mengenai ramalan. Gw termasuk orang yang nggak percaya sama sekali dengan ramalan apalagi yang berdasarkan zodiak, huruf awal nama dan golongan darah. Setidaknya mulai dari gw lulus SD selepas nggak pernah lagi gw nonton planet remaja di waktu magrib. 

Ramalan yang terakhir gw percaya, ketika seorang yang menemukan metode analisa keperibadian orang berdasarkan al-quran yang dia sebut "Quranic Power" mengatakan bahwa gw memiliki karakter surat al-kahfi. Dimana gw bisa hebat menjadi seoarang pembicara ulung, motivator, dan mampu membuat orang percaya hanya dengan omongan. Tak 100% gw percaya, tapi mingkin saja kalo gw mau belajar ke arah situ, toh passion gw memang di komunikasi. Entahlah

01042013 01:37 anak tongky kemaren sore lahir

Jumat, Maret 08, 2013

Ginger Ale Itu Jahe loh!!!

Kadang makin kesini gw makin sadar ada sesuatu di otak gw yang kurang dapet asupan waktu kecil, yang ngebuat akhirnya sekarang otak agak sedikit oblak. Ntahlah yang pasti bukan salah nyokap gimana ngasuh gw waktu kecil, buktinya dulu gw pinter kok, apalagi ini bukan salah bokap dulu ngerengek minta jatah sama nyokap sampe jadilah gw padahal katanya mereka nggak mau punya anak lagi, kata laennya kebobolan lah.

Salah satu keloloan gw terakhir adalah, ketika temen gw yang kerja di coke ngasih tau ternyata ada produk soda dari coke selain cocacola, sprite, dan fanta yaitu schweppes. Infonya gw dapet dari #GrupKomWA24h/day yang isinya juga orang-orang oblak. Di situ diceritain enaknya minuman itu terutama yang rasa ginger ale, ampe diposting tuh gambar kaleng, karena penasaran gw save tuh gambar dan pengen gw cari. 

Keloloannya dimulai, sebelum karoke gw mampir ke minimarket yang deket tempat karoke mau beli minuman. Begitu liat ada si Schweppes itu gw langsung cari yang tulisannya "Ginger Ale" nasib sial nggak ada sama sekali yang tulisannya itu, semua tulisannya "jahe". Agak kecewa tapi penasaran, gw acak-acak lah deretan kaleng di lemari pendingin itu untuk dapetin si "Ginger Ale". 

Sialnya lagi gw juga jalan dengan temen yang nalarnya rada oblak juga, dia nanya "emang kenapa harus yang Ginger Ale?" Gw jawab "kata temen gw yang kerja di coke yang paling enak itu". Dia ikutan nyari kaleng yang ada tulisan Ginger alenya". Akhirnya ketemu di deretan paling belakang cuma satu yang tulisannya "Ginger Ale" yang lainnya "Jahe". Sangking senengnya gw langsung gw ambil dan tambah seneng lagi ternyata temen gw yang bayarin, murah sih tapi lumayan lah. 

Sepanjang jalan dari minimarket ke room karoke gw udah ngebayangin segernya minuman bersoda dengan rasa ginger ale, karena di karoke itu nggak boleh bawa minuman dan makanan dari luar, terpaksa kenikmatan itu ditunda dulu sampe masuk room dan minum dalam kondisi remang supaya nggak keliat petugas, bahaya 100ribu chyin dendanya kalo ketauan. 

Sampe lah di room, dan gw langsung keluarin minuman itu. Karena emang gw hoby pamer gw pamerin lah ke anak-anak sengaja juga belinya cuma satu. Ada kenikmatan lebih pas orang iri dengan apa yang kita punya haha. Tapi..... Ritual pamer gw berubah jadi kekecewaan begitu gw mau buka kaleng yang gw liat adalah tulisan Schweppes "JAHE". DAMN ini pasti konspirasi temen gw tadi yang nggak mau ngeliat gw 'seneng'.  

"Loh kok berubah jadi jahe lagi, lu tuker ya pas bayar di kasir?" Tanya gw ke temen yang tadi bayarin gw

"Nggak kak, sumpah"

"Tapi masa iya berubah dari ginger ale ke jahe!" Gw nimpalin lagi. 

"Mana coba liat" temen gw langsung ngambil itu kaleng dia liat, diputer daaaaan eng eng muncul lah tulisan "Ginger Ale" wow sumpah ini magic. 

Temen gw yang satunya langsung nyeletuk ringan banget tanpa ada tendensius ke arah apa-apa "Ginger itu bahasa indonesianya jahe kak". Gw ambil mic play butiran debu dan gw langsung nyanyi. Gw merasa kotor. 



06032013 10.18 rumah andala kemaren hampir kemalingan, ini lagi jagain sendirian.


Rabu, Maret 06, 2013

Setengah Isi

Perlahan aku membiarkanya
Perlahan aku menikmatinya
Perlahan aku mengikutinya
Namun
Sesegera mungkin aku melepasnya

-----

Aku termasuk orang yang selalu manjaga zona kenyamanan. Itu tidak bagus, karena katanya orang yang hebat adalah orang yang berani mengambil resiko dan keluar dari zona nyamannya. Ah tapi untuk mendapatkan kenyaman itu tidak mudah. Bagaimana mungkin aku melepasnya begitu mudah. 

Lemah? Tidak juga, aku bukan orang yang tidak berusaha untuk mendapatkan apa yang aku mau. Tapi bukan tipikal ku gegabah untuk apa yang harus aku kerjakan atau aku dapatkan. Semua butuh proses, dan aku amat menikmati semua proses yang ada dalam hidup ku. Itu sebabnya kadang aku merasa enggan keluar dari apa yang membuat ku nyaman. Toh hidup ku tidak berhenti di situ. 

Aku menyukai semua yang ada pada diriku. Apa yang aku miliki saat ini itulah yang harus aku jaga. Persoalan apakah aku akan mendapatkan hal baru di depan nanti, itu aku anggap kepingan puzle yang memang sudah ada dan baru aku temui sebagai pelengkap hidup ku. Sudah barang tentu itu pun akan aku jaga, seperti aku menjaga yang sudah lebih dulu aku punya. 

Namun terkadang, aku harus membiarkan apa yang aku miliki saat ini berpaling atau bahkan pergi. Perlahan menjauh, bias dan kemudian hilang sama sekali, atau tanpa aling-aling mereka hilang begitu saja. Lagi-lagi aku hanya bisa menikmati sebagai bagian dari apa yang harus ada dan aku jalanin dalam hidup ini. 

Tidak jarang juga, aku yang harus meninggalkan atau bahkan membuang apa yang aku punya. Tentunya ada pertimbangan yang sudah aku hitung dengan pasti. Meski begitu aku selalu berjanji, tak pernah aku lupakan apa yang pernah ada. 

Fikiran, tubuh, dan emosi yang aku punya memiliki batasan. Agar tak terlalu penuh, pastinya harus ada yang aku keluarkan. Jika dinilai, bukan karena tidak berharga lantas aku lupakan yang lama dengan yang baru, tapi itu semua karena begitu berharganya mereka, terlebih ketika sudah tidak ku miliki. 


251212 22:16 selamat natal